. Pengantar Singkat Martabat Lima dan Martabat Tujuh

INDEKS

Kamis, 29 Juli 2010

Pengantar Singkat Martabat Lima dan Martabat Tujuh


oleh Reno Azwir
  
Di bawah ini, saya akan mencoba mengelaborasi beberapa pahaman seputar derajat-derajat martabat Ilahiah yang ada di alam ciptaan, sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Syeikh al-Akbar: Lima Kehadiran Ilahi yang ditengarai oleh Syeikh, di Nusantara kelak dikenal sebagai Martabat Tujuh. Hasil pengajaran dari Syeikh Fadlullah dari India yang diwariskan kepada muridnya, Burhanpuri. Berikut ini adalah pemaparannya:


 
Martabat Pertama: Ghaib al-Mutlaq

Martabat yang pertama ini dapat dipahami sebagai Yang Mutlak Tidak Diketahui, atau masuk kategori  ‘Alam al-Lahut; belum memiliki keterkaitan apapun dengan unsur keilahian. Karena itu pula Ghaib al-Mutlaq menjadi belum termanifestasikan (lâ ta ‘ayyun), yang tidak bisa diukur dan dipahami.[i] Selain beberapa istilah dan paparan tadi, martabat yang pertama ini dapat pula disebut Absolute Blindness,  Dzat Murni (Pure Ipseity), Mutlak Yang Tidak Diketahui dari yang Tidak Diketahui (The Unknown of the Unknown) dan DIA juga tak dapat digambarkan (Universe of Absolute). Itu kenapa kiranya Zat Yang Absolut ini lazim dikenal atau dinamakan sebagai Al-Haqq.
Ibn ‘Arabi mengatakan bahwa Tuhan pada tataran ini Terlalu Maha Mulia dan Terlalu Maha Kaya, sehingga Dia melampaui segala kualifikasi yang ada tentang-Nya. Apa pun upaya yang kita kerahkan dalam menjelaskan tingkatan ini adalah tidak memadai lagi mencukupi. Sebab dalam tingkatan ini Tuhan Mutlak Transenden dari segala hal dan sesuatu, sebab dalam tingkatan ini Dia belum lagi termanifestasikan (descended) ke dalam Lingkaran Nama-nama dan Kualitas-Kualitas-Nya. Segala Nama dan Kualitas-Nya lebur dalam anihilasi Dzat-Nya.[ii] Sehingga kata yang paling ampuh untuk menjelaskan kondisi ini adalah, IA sendiri. SATU selalu.

Martabat Kedua: Alam al-Jabarut

Pada tingkatan ini (al-Haqq) dikenal sebagai Kehadiran Penyingkapan Pertama atau Penyingkapan Pertama (ta ‘ayyun awwal), Penampakkan Pertama, Realitas Muhammad (al-Hakikat al-Muhammadiyyah), Ruh Sempurna, Ruh Murni, dan Kitab Nyata (Kitab al-Syahadah/Evident Book). Di dalam Induk Buku (Mother of the Book/Umm al-Kitab) segala hal terlihat terkumpulkan bersama dan pada Kitab Nyata yang satu mulai memasuki ke dalam wilayah multiplisitas. Umm al-Kitab adalah Dzat (Essence). Pada tingkatan ini (Dia) juga disebut sebagai Alam Nama-nama (Universe of Names), Potensi-potensi Tetap (al-‘Ayan al-Tsabitah/Fixed Potentialities), Alam Kuiditas-kuiditas (mahiyah), Perantara teragung/Barzakh Teragung (The Great Isthmus).[iii]
Sebagai Penyingkapan Pertama, al-Haqq menyebabkan kehadiran realitas yang lain sebagai manifestasi diri-NYA. Hal ini terjadi dengan perantaraan al-Hakikat al-Muhammadiyyah, yang menentukan mencuatnya sifat-sifat dalam nama-nama-NYA. Hal ini berlangsung kerana al-Haqq memerintahkan Kun yang ada di al-A’yan al-Tsabithah untuk menjadikan potensi-potensi tetap itu, manifes di alam selanjutnya, sebelum ia terus bergradasi hingga pada derajat yang paling rendah. Tapi untuk kelanjutan manifestasi ini, berlangsung pada alam berikutnya yang muncul tahap demi tahap. Di Alam al-Jabarut ini, al-Haqq sudah menjadi Tunggal dalam kejamakan.



Martabat Ketiga: Alam al-Malakut

Alam ini dapat digambarkan sebagai derajat malaikat; Alam Imajinal (Alam al-Mitsal/Universe of Example), Alam Khayal (Universe of Illusions), Penyingkapan Kedua (ta ’Ayyun al-Tsani), Penampakan Kedua (the Second Revelation), Sidrat al-Muntaha, Alam Tatanan (Universe of Orders), Perantara Kecil/Barzakh Kecil (the small Isthmus), dan Alam Bagian-Bagian (the Universe of Chapters). Alam al-Malakut adalah alam penghubung, terpautan, dan pertemuan antara yang “Ilahiah” dengan “non-Ilahiah”. Pada tingkatan inilah Nabi Muhammad saaw. bertemu dengan Allah Swt.. Itu juga mengapa tingkatan ini disebut sebagai Sidrat al-Muntaha. al-Haqq tak lagi dapat dicandra. Ketakterbatasannya, difasilitasi di alam ini. Sehingga wajar bila Rasul Muhammad hanya sampai pada alam ini dalam perjalanan Mirajnya.

Martabat Keempat: Syuhud al-Mutlaq

Tingkatan ini disebut sebagai Alam Penyaksian; Alam Mulk (Universe of Possession), Alam al-Nasut (Universe of Mortality), Alam Penciptaan (khalq), Alam Indra (Universe of Senses), Alam Spesies, Alam Galaksi, Bintang, dan Kelahiran. Apa yang dimaksudkan dari semua itu (diantaranya) adalah Mineral, Tetumbuhan, dan Hewan. Singgasana Agung (the Great Throne) juga berada di dalam tingkatan ini. Tingkatan ini terbatas pada keseluruhan alam bentuk (universe of form).[iv] Segala yang sifatnya non-fisik atau metafisika, tak lagi dapat bersemayam di alam ini. Karena derajat yang dimilikinya, memang mewajibkan suatu kondisi yang sarat unsur zahiri.

Martabat Kelima: Insan al-Kamil

Semua tingkatan dan keseluruhan alam yang sudah dijelaskan sebelumnya tercakup dan englobed sepenuhnya di dalam Manusia (menggunakan “M” kapital) Sempurna (al-Insan al-Kamil), The Perfect Man/The Universal Man. Di dalam dirinya tersimpan semua potensi Agung keilahian. Ia memuat segala nama dan sifat-sifat. Dengan kata lain, semua yang termaktub sebagai ciptaan di alam jasadi ini, juga merupakan al-Insan al-Kamil. Karena ia mewarisi hampir seluruh tahap manifestasi yang sudah berlangsung sebelumnya. Maka untuk itu. The Perfect Man juga merupakan mikrokosmos dan maksokosmos sekaligus. Hal ini disebabkan karakter yang melingkupinya, yaitu: al-kaun al-jami’ (comprehensive being) atau bisa pula disebut Logos Adamic (elemen reflektif yang ada di alam keadaman). Penting untuk diketahui, bahwa keadaan ini hanya disadari oleh manusia sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna. Ditambah faktor kesadaran atas keberadaannya sebagai makhluq.
Demikianlah penjelasan yang dapat kami terakan untuk sekadar melakukan pendekatan kepada Martabat Lima yang menjadi landasan utama pemahaman kita kepada ranah mistisisme Islam. Berikut ini, kami akan melanjutkan pemaparan ke wilayah perluasan yang dikembangkan dari konsep Martabat Lima dan banyak diaplikasikan di seputar wilayah Asia, yaitu Martabat Tujuh.


Martabat Tujuh

Konsepsi Martabat Tujuh dipopulerkan oleh Syekh Muhammad Isa Sindhi al-Burhanpuri (ulama India abad ke-16 M), dengan penambahan empat martabat: martabat alam arwah, martabat alam mitsal, martabat alam ajsam, dan martabat insan kamil. Tiga martabat yang paling awal, diadopsi dari Syeikh al-Akbar, yaitu; martabat ahadiyyah, martabat wahidiyyah dan martabat tajalli syuhudi.
Martabat Ahadiyyah, merupakan tempat bersemayamnya al-Haqq sebagai Zat Mutlak. Tak dikenal lagi asing, kecuali dengan diri-Nya sendiri. IA belum dapat dibahasakan kerana keabsolutan absolut yang menjadi kondisi utamanya. Di dalam martabat ini, al-Haq belum lagi memiliki nama dan sifat-sifat. IA Tunggal dalam ketunggalan. Sebagai  harta karun tersembunyi, maka al-Haq benar-benar tidak dapat diketahui keberadan-NYA, meski IA adalah Keadaan yang paling jelas. Rahasia terpendam al-Haqq ini baru terungkap pada penampakan pertama di Martabat Wahidiyah (ta’ayyun awwali) atau Faydh al-Aqdas (emanasi paling suci). Dalam martabat ini, al-Haqq telah menjadi Illah untuk segala potensi yang terkandung di dalam diri-NYA. Potensi-potensi dasar (al-’a’yan tsabitah) itu, adalah hakikat yang dikumpulkan oleh Allah bersama nama dan sifat-sifat yang diperolehnya dari al-Haq. Pada martabat inilah, Allah berfungsi sebagai pengikat dan pengandung awal dari manifestasi berikutnya al-Haq.
Keberlangsungan dari Martabat Wahidiyyah adalah Martabat Tajalli Syuhudi yang juga disebut Faidh al-Muqaddas (emanasi suci) dan ta’ayyun tsani (entifikasi kedua, atau penampakan diri peringkat kedua). Kata tajalii merupakan istilah tasawuf yang berarti penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas. Istilah ini berasal dari kata tajalla atau yatajalla, yang artinya menyatakan diri. Konsep tajalli beranjak dari satu pemahaman bahwa Allah dalam ksendirian-NYA, berkehendak untuk melihat diri-NYA sendiri. Maka IA pun memanifestasikan diri-NYA ke dalam ciptaan. Sehingga apapun yang berkaitan dengan-NYA, dapat terefleksi dan terlihat sebagai penampakan unsur-unsur Zat-NYA. Dan segala yang manifes tersebut, tentu mengandung konsekuensi logis dari asal refleksinya. Maka untuk itu, antara pencipta dan yang dicipta, menjadi identik. Ada secara azali, dan musthail berakhir kaena keduanya abadi.
Martabat Alam Arwah adalah ”Nur Muhammad” yang melanjutkan Martabat Tajalli Syuhudi. dijadikan Allah Swt dari nur-Nya, dan dari nur Muhammad inilah muncullah ruh segala makhluk dan terdiferensiasi pada Martabat Alam Mitsal dalam ruh individual seperti laut melahirkan dirinya dalam citra ombak. Setelah itu, muncul Martabat Alam Ajsam yang bisa disebut sebagai alam material, terdiri dari empat unsur, yaitu api, angin, tanah, dan air. Keempat unsur material ini menjelma dalam wujud lahiriah dari alam ini. Dan keempat unsur tersebut saling menyatu dan suatu waktu terpisah. Adapun Martabat Insan Kamil atau alam terakhir, merupakan perpaduan segala martabat sebelumnya. Martabat-martabat tersebut paling kentara terutama sekali pada Nabi Muhammad saw sehingga Nabi saw disebut insan kamil.
Tajalli al-Haq dalam Insan Kamil ini terlebih dulu telah dikembangkan secara luas oleh Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428) dalam karyanya al-Insân al-Kâmil fî Ma’rifat al-Awâkhir wa al-Awâ’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui [Allah] Sejak Awal hingga Akhirnya). Bagi al-Jilli, lokus tajali al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa–salam Allah atas mereka semua—dan lain-lain, hingga sampai pada nabi penutup, Muhammad saw. Lantas terwaris pula kepada para wali dan berakhir pada wali penutup (khatam awliya), yaitu Isa as yang akan turun pada akhir zaman.


[i] Ibn ‘Arabi, Kernel of the Kernel (Ismail Hakki Bursevi’s translation of Lubbul Lubb), Great Britain: Beshara Publications, 1997, hal. 9.
[ii] Ibid., hal .10.
[iii] Ibid., hal. 11.
[iv] Ibid., hal. 11.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengucapkan terima kasih atas setiap komentar yang Anda berikan.

 

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design